Setelah vakum enam tahun, band Jeruji asal Bandung kini meluncurkan album terbaru. Corak musik punk yang menjadi ciri khasnya kalah kental dibanding sound hardcore.
Saat sound hearing sekaligus syukuran peluncuran album terbaru berjudul Warlock di Common Room, Bandung, Ahad (16/1) sore, irama punk usungan band yang berdiri pada 30 September 1996 itu terdengar lamat-lamat. Telinga perlu mencarinya lebih dalam diantara tumpukan aransemen setiap lagu yang lebih kental musik heavy metal dan hardcore. Bahkan sebuah remix garapan band yang berdiri 30 September 1996 dengan seorang disc jockey menghasilkan lagu seperti house music.
Warlock, singkatan pelesetan dari warga lokal, berisi 13 lagu. Intro sebagai judul pembuka, lalu Refuse the Wars, Arogansi Kekuasaan, Parasite, Anti Rasist, Destroy, Mati, My Way, For Unity, Respect, Bandung Pride, Outro, dan remix Destroy.
Lirik seluruhnya ditulis vokalis Aldonny dan basis Hendy. Temanya meneriakkan protes dan kritik sosial dengan kisah penolakan perang, anti rasisme, persaudaraan, juga tentang arogansi aparat negara.
Menurut gitaris Aleandre, Jeruji tetap sebuah band punk. Nada liriknya masih meneriakkan protes sosial walau corak musik hardcore diakuinya kini lebih tebal. "Ini hasil eksplorasi masing-masing personel," kata personel baru Jeruji itu setelah band lamanya, Full of Hate, vakum beberapa tahun.
Adapun Aldonny mengatakan inilah album yang menonjolkan dominasi bersama. "Semua keinginan tiap personel keluar semua," ujarnya, Ahad (16/1). Album yang digarap selama 4 bulan di studio itu dipayungi label Rockabilly Record dan telah beredar sejak November lalu.
Perubahan rasa musik kelompok yang kini diawaki vokalis Aldony, gitaris Aleandre, basis Hendy, dan pemain drum Sani, itu mengundang beragam komentar dari para penggemar dan sesama musisi underground di Bandung yang hadir sekitar 50 orang dalam acara tersebut. Sebagian ada yang memuji karena album ini lebih bagus dan rapi. Namun ada pula yang merasa kehilangan musik punk Jeruji.
Tur konser untuk album yang dijual sekotak bersama T-shirt seharga Rp 100 ribu itu rencananya akan menyambangi 8 daerah di Jawa dan Bali. Sebelumnya, kata Aldonny, mereka akan menggarap tiga video klip untuk lagu seperti Bandung Pride dan Arogansi Kekuasaan mulai Februari nanti.
Kelompok yang sempat membuka konser band punk Exploited di Bandung beberapa tahun lalu itu semula bernama Mutant-X. Album perdana karya band yang kerap berganti personel itu bertajuk Freedom pada 1998, menyusul album Lawan (2000), dan album 3rd (2004). Beberapa rekaman single dalam kompilasi album mereka ada yang hanya beredar di Jepang.
[via : tempointeraktif.com]
0 comments:
Post a Comment