Dengan latar belakang musik yang berbeda Kunokini coba membaurkan perbedaan tersebut dalam musiknya hingga menjadi suatu aransemen yang kaya dan unik. Bhismo menuturkan bahwa setiap individu mempunyai keahlian masing-masing yang ditampilkan bersama di Kunokini.
"Saya pribadi suka musik ala negro, Akbar senang metal disko-disko, Dedi senang rock, tapi saya juga senang nari dan makin lama jadi kebawa. Dan kita masih mau gali lagi. Tapi kalau nyanyi memang dari saya tapi warnanya jadi banyak," ujarnya saat dijumpai di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (18/1).
Dengan alat musik kuno, Kunokini mencoba mengusung aransemen modern yang menghasilkan berbagai genre yang ada serta kontemporer. Eksperimen-eksperimen juga sering mengalir dalam tiap karyanya yang mencoba bermain di luar batas dan tak mengikuti pakem. Bagi Bhismo dan personel lain, jika terlalu sering mengikuti pakem akan membuat cepat bosan dan monoton dalam berkarya.
"Eksperimentalnya diambil dari cara kita main aja, gak harus ngikutin peraturan main seperti pada umumnya. Kita keluar dari pakem aja. Kita observasi aja gak ada mengarah musik kemana, dan kekinian kita ada reggae, hip hop, disko gak bisa dihilangin jadi biarin aja nge-blend, anak-anak juga suka, soalnya kalo dikasih pakem sesuai tradisi, rada bosen," terangnya.
Unsur mistik terkadang menyelimuti musikualitas Kunokini. Bhismo menuturkan cerita teman-temannya yang mendengarkan menilai bahwa musiknya mengambang dan terkadang terpancar hawa mistis. Bahkan di tiap penampilan Kunokini juga sering mengalami kejadian aneh.
"Karena alat-alat musik Indonesia ada mistiknya, misalnya pernah rebana kita keluar dari tasnya sendiri. Tiap nyanyi Reinkarnasi sebagai lagu pertama kalo di panggung terbuka selalu hujan," tukasnya
[via : kapanlagi.com]
0 comments:
Post a Comment